Buta namum membawanya kebaitullah
Maret 01, 2017
Buta
namum membawanya
kebaitullah
Oleh
Megi saputra
Bismillahirrohmanirrohim...
Kehidupan adalah proses menjalankan tugas sebagai makhluk tuhan,
kehidupan itu memang susah untuk ditebak atau diprediksi sebagaimana kita
menghitung jarak tempuh perjalanan suatu tempat, kadang dalam mengarungi
kehidupan seorang berlimpah dengan kesenangan, kebahgiaan, harta kekayaan
rezeki rasanya sangat mudah didapatkan kemana kaki dilangkahkan ada kebahagiaan
baginya.
Kadang dalam menjalankan perihnya kehidupan seorang harus bekerja
keras, mengurasakan keringat bahkan menumpahkan darah saking peliknya jalan
hidup kemana badan dibawa rasanya hanya derita yang menimpa. Kadang kehidupan
sangat menyenangkan kita diberikan tubuh yang sempurna lengkap dengant seluruh
fasilitas yang melekat padanya kita punya mata untuk melihat indahnya Alam
beserta isinya, kita punya mulut untuk berbicara dan mengunyah makanan,
sehingga percaya diri saat bebicara dengan teman dan mudah saat makanan
ditelan, kita punya kaki tangan yang dengannya kita dapat melakukan segala
aktivitas diatas muka bumi yang luas. Namun kadang kehidupan itu sangat
menyedihkan ada di antara kita lahir keatas dunia dalam kondisi mata yang tidak
dapat meyaksikan indahnya alam dunia, mungkin juga terlahir dalam keadaan tidak
bisa berjalan. Semua memang lika-liku kehidupan, karena jalan hidup diciptakan berbeda tetapi
yang jelas setiap kelebihan dan kesenangan akan ada kekurangan dan saat-saat
menyedihkan. Serta sebaliknya kekurangan dan kesengsaraan akan ada kelebihan
dan saat-saat membahagiakan.
Tulisan ini
ditulis dengan gemetaran hati dan penuh haru melihat sebuah kenyataaan dalam
kehidupan ini yang sungguh adil telah diatur secara baik oleh Yang Maha Kuasa.
Pada awalnya diri ini biasa saja pergi seperti biasa meninggalkan rumah menuju
sebuah masjid, ingin mendengar sesorang yang hafal 30 juz Alquraan. Didalam
berita yang datang seorang anak yang beusia sekitar 9-10 tahun, akan datang kesebuah
masjid membacakan bacaan Quran berdasarkan hafalannya. Sugguh tak disangka
malam itu Ketika mata menyaksikan, telinga mendengar, mulut ini tidak bisa
berbicara kecuali pujian dan sanjungan atas adek mungil yang aku anggap biasa
saja karena diluar sana juga banyak anak kecil yang juga hafal quran bahkan
dibawah umurnya. Yang membuat diri lepas memandang, diri terheran- heran
rupanya anak kecil yang sedang membacakan ayat quran didepan diri ini, rupanya
sejak lahirnya ia tidak bisa melihat dan menyaksikan indahnya alam dunia dan
seisinya, sedih rasanya memandang kepada diri ini ah itu hanya selintas fikiran
saja, gemetar lah hati ini mendengar bacaannya yang merdu persis seperti yang
kita dengar diaudio imam-imam masjidil harom dimakkah, sedih dan mendayuh-dayuh
menusuk ke relumg qolbu menyentuh hingga kedalam jiwa indah dan menenagkan,yang
mendengrakan barangkali meneteskan air mata haru, heran, senanang, serta
fikiran yang dihantui berbagai pertanyaan bagaimana mungkin kenyataan yang ada
didepan mata ini bisa terjadi, sedangkan diri yang sudah hidup belasan tahun
dengan kondisi yang normal belum mampu melakukan hal serupa. di iringi/irama
dengan makhrojul hurufnya yang baik dan hukum-hukum bacaan nya yang benar. Yang
menarik ia bercerita ia menghafal quraan dengan batuan bacaan quran dari
neneknya, neneknya senantiasa mengajarkan quraan sekaligus menghafalkannya
adapun lagu-lagu merdu yang dibawakan olehnya, ia sering mendengarkan audio
quran terutama imam-imam masjidil harom. Untuk menginggat kembali hafalan nya
ia menggunakan metode hitung jari dan terlihat ketika ditanyakan langsung oleh
jamaah yang hadir ia jawab dengan tepat dengan menggunakan media jarinya
sendiri. begitulah sedikit cerita yang mengherankan, mengahrukan sekaligus
membahagiakan . fakta cerita diatas adalah rasia tuhan yang setiap kita tidak
pernah tahu, lihatlah adik kita diatas ia Allah lahirkan tanpa bisa menyaksikan
alam dunia ini tetapi ia mampu memanfaatkan kekurangannya dengan mensyukuri
seraya mencari hal apa yang dapat dialukan, hingga meskipun kekurangaan dalam
melihat namun ia Allah lebihkn dengan kasih sayang, derajat yang mulia bahkan
mampu membuat orangtuanya khusunya sang nenek bahagia didunia serta menjadi
penolong nanti di akhirat. ia serta neneknya akan diumrohkan oleh ustad. Yusuf
Mansur barngkali juga ayah dan ibunya. Beitulah islam mengajarkan ummatnya
bahwa boleh jadi yang kita anggap baik tetapi dibalik itu membahyakan dan boleh
jadi kita anggap jelak justru menyimpam kebaikan yang besar. Sebagimana firman
Allah :
“...tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu
baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal hal itu tidak baik
bagimu. Allah megetahui sedang kamu tidak mengetahui”. (QS.Al-Baqoroh Ayat 216)
Maka dari itu sebaiknyalah kita memnsyukuri atas apa yang kita
miliki dan menerima segala kekuranga seraya menjadikan kekurangan itu kebikan
dan mafaat bagi diri maupun orang lain.
(By Megi Saputra Mahasiswa UIN Sunan Kalijag
LAMPIRAN PRINTSCRINT
0 komentar