"Hati Yang Sekarat"

Mei 29, 2020

Oleh Megi Saputra


Andai sakit bisa ku ungkapkan.
Maka biarlah aku sendiri yang menanggungnya.
Merelakan adalah kata yang pantas untuk hati yang sedang sekarat.
Jika dimulai olehnya.
Mengapa juga harus diakhiri olehnya pula.
Ku Titi jalan cintanya.
Dengan pengorbanan dan kesungguhan
Tetapi alam berkata tidak.
Yang memulainya itu berkhianat.
Sekarang aku terdampar.
Diantara dua bibir pantai.
Lelah dan letih setelah berjuang mengarungi lautan.
Ya lautan yang dalam.
Sehingga terasa sakit sekujur tubuhku.


Andai hatiku bisa bicara.
Maka ia akan merintih meminta pertanggungjawaban.
Menuntut haknya.
Hati yang telah terikat janji.
Kini diingkari.
Janji manis diungkapkannya
Berubah menjadi racun berbisa
Yang bisa saja membinasakan.

Andai aku tahu semuanya dari permulaan
Mungkin aku takkan Mengarunginya, lautan yang dalam itu.
Mungkin juga lelah itu tak akan pernah ada.
Yang ada hanya cita dan asa.
Pada ujungnya yang lepas akan tetap lepas
Biarlah menjadi kenangan.
Lebih baik ku lepas daripada ku paksakan.


Kini ku kembali kepada sang pemilik rasa sakit.
Kini ku datang kepada sang pemilik cinta.
Kini ku merangkak kepadaNya yang tidak akan berkhianat.
Kini ku berlari kepadaNya yang tidak akan pernah mengingkari.
Menyadari betapa bodohnya dibutakan oleh mahklukNya.
Mengaduh segala sakit dan lelah ku.
Meminta agar memberikan cinta yang abadi.
Cinta yang memberikan kesejukan atas rasa iman dan keyakinan.

Ruang hampa

Yogyakarta, Mei 2020.

You Might Also Like

0 komentar

Pengikut

Wikipedia

Hasil penelusuran

Like us on Facebook

https://www.facebook.com/megisaputra.mmeegisaputra